Saturday, August 22, 2015

Knowing The Feeling of a Stranger


Sempat saya bertanya pada diri sendiri saat melihat beberapa teman mahasiswa asing yang kuliah bersama saya di Indonesia. Terkadang mereka terlihat begitu diam dan termenung dalam kegiatan sehari – harinya, bahkan terkadang mereka jarang terlihat setelah kelas telah berakhir. Jujur saya sempat berpikir bahwa mereka adalah orang yang tidak cukup terbuka dengan lingkungan mereka, atau bahkan mungkin mereka tidak mau banyak berinteraksi dengan kita sebagai orang lokal.

Pertanyaan itu kini terjawab sudah. Hari ini saya ngobrol melalui media pesan di Facebook dengan salah satu teman asing saya tersebut. Saya mencoba menceritakan perasaan saya selama beberapa hari tinggal di lingkungan yang baru, masih mencoba beradaptasi, namun sudah dipenuhi dengan keluhan – keluhan rindu akan kampung halaman. Spontan saya mencoba bertanya kepada dia, karena dia adalah satu – satunya mahasiswa asing di kampus yang hubungannya cukup dekat dengan saya.

Ternyata perasaan yang saya alami adalah mungkin jawaban pula dari pertanyaan saya terhadap gestur yang sering mereka secara tidak sengaja perlihatkan di lingkungan kampus. Kini semua asumsi saya tentang seberapa asosial mereka terjawab sudah dengan sebuah pengalaman yang saya alami langsung saat harus tinggal di lingkungan yang sangatlah asing bagi saya. Tentulah di sisi ini, saya kembali bersyukur bahwa setidaknya di tengah segala hal yang berputar di kepala dan hati saya selama seminggu kebelakang ini sudah membawa beberapa pelajaran yang belum tentu bisa saya fahami jika saya menetap di Indonesia.

Lantas saya meminta saran dan masukan dari teman saya tersebut untuk bagaimana supaya saya bisa betah tinggal di lingkungan yang baru. Tidak banyak jawaban spesifik yang ia bisa berikan terhadap situasi saya meskipun ia sendiri pun sudah mengalaminya selama kurang lebih 2 tahun tinggal di lingkungan yang baginya tentulah asing. Namun di akhir pembicaraan kami ia memberi saran kepada saya, ”Tell God what happens with u and be patient..”

Dalam situasi seperti apa yang saya alami sekarang, hal – hal kecil bisa berubah menjadi begitu dramatis bagi saya. Saran yang teman saya berikan sebelumnya sangatlah menyadarkan saya bahwa segala kekhawatiran yang saya takuti itu begitu ter-orientasi kepada apa yang manusia hanya dapat satur dan perkirakan. Seolah, saya selama ini lupa siapa yang sebenarnya telah mengatur semua garis kehidupan ini dan apapun hal yang harus terjadi kepada kita pada akhirnya. Lagi – lagi saya ‘tertampar’ oleh kenyataan bahwa saya telah sedikit lupa akan dzat Yang Maha Mengatur jalannya hidup saya dan semua manusia lainnya. Seharusnya hari ini menjadi pelajaran yang amat berharga yang semoga saja bisa menjadi titik dimana segala keluhan ini berubah menjadi sebuah cerita yang menarik untuk diceritakan.  


No comments:

Post a Comment