Sempat saya bertanya pada diri
sendiri saat melihat beberapa teman mahasiswa asing yang kuliah bersama saya di
Indonesia. Terkadang mereka terlihat begitu diam dan termenung dalam kegiatan
sehari – harinya, bahkan terkadang mereka jarang terlihat setelah kelas telah
berakhir. Jujur saya sempat berpikir bahwa mereka adalah orang yang tidak cukup
terbuka dengan lingkungan mereka, atau bahkan mungkin mereka tidak mau banyak
berinteraksi dengan kita sebagai orang lokal.
Pertanyaan itu kini terjawab
sudah. Hari ini saya ngobrol melalui media pesan di Facebook dengan salah satu
teman asing saya tersebut. Saya mencoba menceritakan perasaan saya selama
beberapa hari tinggal di lingkungan yang baru, masih mencoba beradaptasi, namun
sudah dipenuhi dengan keluhan – keluhan rindu akan kampung halaman. Spontan
saya mencoba bertanya kepada dia, karena dia adalah satu – satunya mahasiswa
asing di kampus yang hubungannya cukup dekat dengan saya.
Ternyata perasaan yang saya alami
adalah mungkin jawaban pula dari pertanyaan saya terhadap gestur yang sering
mereka secara tidak sengaja perlihatkan di lingkungan kampus. Kini semua asumsi
saya tentang seberapa asosial mereka terjawab sudah dengan sebuah pengalaman
yang saya alami langsung saat harus tinggal di lingkungan yang sangatlah asing
bagi saya. Tentulah di sisi ini, saya kembali bersyukur bahwa setidaknya di
tengah segala hal yang berputar di kepala dan hati saya selama seminggu
kebelakang ini sudah membawa beberapa pelajaran yang belum tentu bisa saya
fahami jika saya menetap di Indonesia.
Lantas saya meminta saran dan
masukan dari teman saya tersebut untuk bagaimana supaya saya bisa betah tinggal
di lingkungan yang baru. Tidak banyak jawaban spesifik yang ia bisa berikan
terhadap situasi saya meskipun ia sendiri pun sudah mengalaminya selama kurang
lebih 2 tahun tinggal di lingkungan yang baginya tentulah asing. Namun di akhir
pembicaraan kami ia memberi saran kepada saya, ”Tell God what happens with u and be patient..”
Dalam situasi seperti apa yang
saya alami sekarang, hal – hal kecil bisa berubah menjadi begitu dramatis bagi
saya. Saran yang teman saya berikan sebelumnya sangatlah menyadarkan saya bahwa
segala kekhawatiran yang saya takuti itu begitu ter-orientasi kepada apa yang
manusia hanya dapat satur dan perkirakan. Seolah, saya selama ini lupa siapa
yang sebenarnya telah mengatur semua garis kehidupan ini dan apapun hal yang
harus terjadi kepada kita pada akhirnya. Lagi – lagi saya ‘tertampar’ oleh kenyataan
bahwa saya telah sedikit lupa akan dzat Yang Maha Mengatur jalannya hidup saya
dan semua manusia lainnya. Seharusnya hari ini menjadi pelajaran yang amat
berharga yang semoga saja bisa menjadi titik dimana segala keluhan ini berubah
menjadi sebuah cerita yang menarik untuk diceritakan.
No comments:
Post a Comment