Menjadi orang yang mudah panik
dan terlalu banyak berfikir tentang kemungkinan yang buruk untuk terjadi memang
sangat tidak mudah, terlebih saat saya harus jauh meninggalkan rumah, orang tua, teman – teman,
dan lingkungan lama saya. Tidak pernah disangka, sekolah diluar negeri ternyata
bukanlah merupakah sesuatu yang mudah dilakukan. Selain secara finansial,
mental pun ternyata menjadi sebuah pertaruhan dalam prosesnya.
Kuliah bahkan belum dimulai saat
saya menulis artikel ini, waktu pun belum menunjukkan sudah ada seminggu saya
disini, tapi rasa rindu (terutama terhadap keluarga dirumah) rasanya sudah
sangat sulit di bendung, dan waktu pun rasanya lama sekali berlalu. Terbesit
keinginan untuk pergi ke bandara dan cari tiket termurah sehingga saya langsung
bisa pulang dan hidup bersama keluarga lagi. Tidak pernah terpikirkan
sebelumnya, sesuatu yang sebelumya saya anggap remeh bernama “homesick”
ternyata bisa melanda hati ini begitu hebatnya di awal-awal kedatangan saya ke luar
negeri.
Saya harus kembali memutar otak.
Merindukan hal-hal tersebut tidak akan ada habisnya, bahkan mungkin lambat laun
akan mengganggu kesehatan saya sendiri disini. Kini selain memikirkan tentang
perkuliahan, saya pun harus memikirkan bagaimana cara mengatur tingkat stress
karena rindu tersebut yang terkadang
muncul sangat mendadak, seperti saat saya bangun tidur di sore hari, sehingga
membuat suasana kamar yang sepi tidak lagi senikmat dulu saat di Negara
sendiri.
Beberapa hal sudah saya coba
perhatikan tentang apa saja faktor yang bisa menyebabkan rasa rindu dan
kekhawatir muncul saat sekarang tinggal di luar negeri dan jauh dari rumah.
Tentunya hal yang tidak bisa dipungkiri selalu
terpikir disamping rasa rindu tersebut adalah rasa takut terhadap ketersediaan
bekal finansial kita. Dulu saat di Negara sendiri, tinggal berbeda kota pun
tidak jadi masalah karena merasa pasti ada jalan untuk sampai kerumah kapanpun
diinginkan. Kini hal tersebut tidaklah semudah dulu, membeli tiket pesawat
jutaan rupiah sungguh tidaklah mudah untuk saya lakukan begitu saja.
Kedua adalah kekhawatiran tentang
benda-benda penting yang sangat esensial, yang dulu biasanya saya selalu simpan
begitu saja tanpa memikirkan keamanannya seperti paspor dan dokumen-dokumen
penting lainnya. Kini meninggalkan kamar berarti membawa juga dokumen-dokumen
tesebut kemanapun saya pergi. Kekhawatiran tersebut lantas tidak langsung
hilang melainkan muncul kembali saat berjalan di jalanan yang penuh dengan
orang tidak dikenal.
……
Saya lanjut lagi ceritanya
nanti..
No comments:
Post a Comment