Thursday, October 8, 2015

Tidak Menuntut Anda Untuk Membaca Apalagi Mengerti

“Tidak mudah bagi saya untuk setuju terhadap sebuah perjanjian, terlebih saat perjanjian itu mempertaruhkan banyak hal yang sudah ada. Saya sempat percaya terhadap apa yang diucapkan. Saya bahkan sempat terbuai dengan serangkaian kata - kata yang telah disusun semalaman suntuk itu. Diakhir saya hanya dapat mengerti. Kalau perkataan sudah tidak terlalu dihargai, bahkan oleh yang membuatnya sendiri.”

Kita membuat janji, berkata tentang banyak hal, dan membuat banyak keputusan yang pada akhirnya tidak bisa kita pertanggungjawabkan. Tak jarang, kita merasa malu terhadap naif nya masa lalu, seolah sudah melakukan semua hal dengan sangat rapih, tapi masih saja berceceran disana – sini. Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri tentang bagaimana perasaan mereka yang kita ajak bicara, kita beri janji, dan bahkan kita beri keputusan, yang kita sendiri tidak mampu wujudkan? Dalam hatinya, mungkin mereka akan berkata seperti ini;

“Kembali berkaca dari pengalaman. Saya kira anda sudah menghitung semuanya secara dua arah. Menghitung apa yang akan dihasilkan saat anda bertindak, menghitung pula apa yang akan dihasilkan saat anda berhenti melakukan tindakan tersebut. Saya kira anda sudah cukup teliti, bahwa anda sedang berinteraksi dengan seseorang yang, secara mata telanjang, memiliki perasaan yang masih berfungsi dengan sempurna. Namun, perkiraan memang terkadang salah.”

“Hampir saja membuat keputusan. Sudah hampir seperti berada di ujung jalan. Begitu meyakinkan sempat anda terlihat, namun begitu meyakinkan pula saat anda ingin menghilang. Kalau bukan dengan menerima begitu adanya, saya bisa apa? Anda yang harusnya membuat kepastian, kenapa harus saya yang pada akhirnya mencari? Aneh, namun sudah terprediksi.”   


  Saya terpaksa terlihat begitu menggelikan dengan bertutur kata seperti diatas. Saya terpaksa oleh keterbatasan kemampuan untuk mengungkapkan perasaan hanya melalui sebuah tulisan. Saya terpaksa untuk tidak menuntut anda mengerti tentang apa yang sebenarnya saya maksud dalam tulisan diatas. Saya bahkan terpaksa untuk membiarkan anda tertawa riang, tanpa mengharuskan anda untuk mempertanggungjawabkan semua yang anda telah ucapkan. 

No comments:

Post a Comment