“It’s more fun in the
Philippines.”
Begitulah jargon yang digunakan
oleh pemerintah Filipina untuk mempromosikan negara yang berpenduduk kurang
lebih sebanyak 103 juta jiwa ini. Slogan yang sepertinya kurang cocok buat saya
saat awal – awal tiba dan tinggal di kota Manila, yang merupakan ibu kota
negara ini.
Setelah hampir sebulan tinggal di sini, tentunya sebagai warga negara asing saya harus melakukan prosedur rutin tertentu yang menandakan bahwa saya tinggal di negara ini secara legal, yaitu memperbaharui visa saya sebagai turis di Filipina.
Awal saya datang ke sini saya
mendapat izin tinggal selama 30 hari dari pihak imigrasi setempat. Berikutnya, perlu
saya perpanjang secara berkala hingga urusan saya disini telah selesai. Karena
kebetulan tanggal 12 September 2015 jatah Visa
on Arrival saya akan habis, jadi saya harus pergi ke kantor imigrasi
sebelum tiba tenggat waktu tersebut untuk memperbaharuinya lagi.
Akhirnya, hari kamis tanggal 10 September
2015, saya dan teman – teman Indonesia lainnya pergi ke kantor imigrasi yang
bertempat di Intramuros, sebuah kota tua di Manila yang dijadikan pusat kantor
pemerintahan dan juga wisata budaya peninggalan jajahan Spanyol saat menduduki
Filipina. Kami memutuskan untuk berangkat sejak pagi hari sekitar jam setengah
9 pagi, mengantisipasi adanya antrian dan prosedur yang belum pernah kita alami
sebelumnya.
Bagi teman – teman yang berencana
memperpanjang visa turis di Filipina, sebelum memutuskan berangkat ke kantor
imigrasi, sebaiknya persiapkan dulu beberapa dokumen yang akan diperlukan
seperti berikut ;
- Passport
- Foto berwarna 2x2
- Foto copy passport (Bagian ID, dan Arrival Stamp)
- Clearance dari Biro Karantina setempat (untuk jaga – jaga)
Perlu teman – teman ketahui juga
bahwa pemerintah Filipina menetapkan kebijakan untuk turis/pendatang dari
negara – negara tertentu (termasuk Indonesia) untuk melakukan proses karantina
di Bureau of Quarantine yang terletak
di daerah pelabuhan tidak terlalu jauh dari Intramuros. Proses tersebut akan
meminta teman – teman sekalian untuk melakukan tes kesehatan yang diantaranya meliputi
laporan medis umum, cek darah, urin, feses, malaria, dan x-ray paru – paru. Saya
menyarankan supaya sebelum berangkat kesini, teman –teman sudah melakukan test
tersebut saat masih di Indonesia (setidaknya) supaya nanti hasilnya hanya tinggal
dilaporkan, dan jika harus ada yang ditambah, tentunya biayanya tidak akan
semahal test secara keseluruhan. Jika semua hasil kesehatan sudah lengkap, passport teman – teman nantinya akan
mendapat cap khusus dari biro tersebut yang menandakan bahwa anda sudah lolos
dari prosedur tersebut.
Kembali ke cerita perpanjangan
visa saya, saya dan teman – teman memutuskan untuk berangkat kesana menggunakan
taksi dari arah kampus. Kami mencoba memanfaatkan aplikasi “Grab Taxi” untuk
mendapatkan taksi, karena kata orang, harganya sudah bisa ditentukan bahkan
sebelum kita naik ke taksi tersebut.
Tidak lama setelah memesan, akhirnya
taksi itu pun datang. Tidak lama setelah saya masuk ke dalam taksi tersebut,
saya melihat sesuatu yang sangat familiar
bagi saya terletak tepat di dashboard taksi tersebut, pemandangannya sebagai berikut :
![]() |
Al-Qur'an, bisa kebetulan sekali bertemu dengan sesama muslim. (Pict by IDH) |
Ternyata supir taksi yang saya
tumpangi adalah seorang muslim yang sudah lama tinggal di kota Manila, yang
aslinya beliau dari Mindanau, sebuah daerah di Filipina yang banyak ditinggali
oleh masyarakat muslim Filipina. Akhirnya saya mencoba ngobrol bersama
beliau, hingga beliau memberi beberapa informasi tentang letak masjid di Manila, dan
sebagai tambahan, beliau juga bercerita tentang sejarah Islam di Filipiina
sepanjang jalan kami menuju ke kantor Imigrasi
Bersambung ke part 2……
No comments:
Post a Comment