![]() |
Image source: http://morallowground.com/ |
Di era yang serba cepat, semua hal seolah dituntut
pula untuk mengikuti pola perputaran yang serba cepat. Termasuk dalam urusan
penyajian berita di media massa, seiring dengan tingginya permintaan dari
masyarakat berkaitan dengan ketersediaan informasi, penyajian berita pun kini
seolah lebih mementingkan siapa yang mampun muncul lebih awal dibandingkan dengan
siapa yang mampu menyediakan berita yang informasinya akurat.
Tercatat bahwa beberapa kasus ketidakakuratan
penyampaian berita sempat terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Seperti
contoh pada kasus ledakan bom di kota Boston, A.S 2 tahun silam, banyak media
yang disinyalir terlalu spekulatif dalam menyajikan berita pada masyakarat.
Padahal sebenarnya keakuratan data yang disajikan belum bisa dipastikan (baca
selengkapnya disini).
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, selain
tingginya permintaan dari masyarakat yang membuat lalu lintas berita menjadi
sangat cepat seperti yang sudah disebutkan diatas, hal yang tidak bisa
dipungkiri adalah sisi komersial dari pemberitaan itu sendiri yang menyebabkan
munculnya tendensi untuk terus menyajikan berita tanpa terlalu mempedulikan
kualitas berita tersebut.
Moneter.co, salah satu portal berita ekonomi di
Indonesia melaporkan bahwa, berdasarkan data dari Asosiasi Surat Kabar dan
Percetakan Dunia (World Association of News Paper and News Publisher)
pendapatan secara global dari bisnis surat kabar tahun lalu bisa mencapai angka
200 miliar dollar A.S (baca selengkapnya disini). Hal ini tentunya belum
termasuk dengan pendapatan dari perkembangan media online yang semakin hari
semakin popular.
Karena tingginya lalu lintas dan besarnya peluang
keuntungan yang bisa dihasilkan dari bisnis tersebut, kini bahkan beberapa perusahaan
media seperti Los Angeles Times telah menggunakan instrumen robot yang dibuat
oleh system alogaritma tertentu. Robot ini mampu secara otomatis menuliskan
sebuah berita lengkap beberapa saat setelah suatu kejadian berlangsung (baca
selengkapnya disini).
Perubahan tingkat lalu lintas informasi yang menjadi serba
cepat tidak seharusnya selalu kita pandang secara negatif. Sebagai masyarakat
pada umumnya, seharunya fenomena ini menjadi titik dimana kita terpacu untuk
menjadi lebih kritis dan sadar terhadap kualitas informasi yang kita terima. Banyaknya
ketersediaan informasi di media massa seperti sekarang secara tidak langsung
memberikan kita ruang untuk bisa membandingkan dan menilai keakuratan informasi
yang disajiikan. Sistem demokrasi yang mengizinkan kebebasan persebaran ide dan
informasi di masyarakat, seharusnya mampu membuat kita untuk menjadi lebih
cerdas, tidak sebaliknya.
No comments:
Post a Comment